Berfikir merupakan sifat yang tidak bisa dilepaskan dari
manusia yang merupakan makhluk yang diberi akal oleh Allah Swt. dalam
berfikirnya manusia menggunakan pendekatan yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia untuk berkesinambungan
di seluruh jagad raya ini. akan tetapi, berfikir filsafat dalam arti berfikir
bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi oleh dogmatis dan
tradisi disponsori oleh filosof-filosof yunani.
Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran
yang berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa
disebut filsafat Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam memang
didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu
tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari filsafat Yunani.
Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani dan yang lainnya.
Hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah mapan sebelum
terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam Islam.
Filsafat Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur
telah mengembangkan sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dalam
filsafat Islam para filosof muslim memadukan antara agama dan filsafat. Para
ilmuan muslim terdahulu sesungguhnya memiliki andil yang sangat besar dalam
mengembangkan kajian tentang filsafat. Dalam makalah ini akan dibahas tentang
salah satu filosof muslim yang sangat berjasa pada masa itu yaitu Ar-Razi. Baik
mengenai sejarah lahir dan karya-karyanya maupun tentang filsafat-filsafatnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
- Bagaimana Biografi filosof Al-Razi
- Apa saja karya-karya Al-Razi
- Bagaimana berfikir filsafat Al-Razi
- Bagaimana Pengaruh Pemikiran Al-Razi
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
- Mengetahui Biografi filosof Al-Razi
- Mengetahui Karya-karya Al-Razi
- Mengetahui Pemikiran Filsafat Al-Razi
- Mengetahui pengaruh pemikiran Al-Razi
1. Biografi Ar-Razi
Al-Razi adalah filosof muslim terkemuka yang muncul sesudah
Al-Kindi, nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-Razi
dikenal sebagai dokter, filsuf, kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313
H/864-925).[1]
Al-Razi dilahirkan di Rayy yang merupakan bagian selatan kota Teheran Iran
yaitu pada hari pertama bulan sya’ban sekitar tahun 250 H/864 M. Di kota Ray
ini ia belajar kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari (192-240 H/808-855
M), belajar filsafat kepada Al-Balkhi, seorang yang senang mengembara,
menguasai filsafat, dan ilmu-ilmu kuno. Ia juga belajar matematika, astronomi,
sastra, dan kimia.
Sepanjang abad pertengahan ia merupakan dokter terbesar pada
zamannya, Sebagian dari riwayat bahkan menyebutnya sebagai dokter pertama yang
mengunakan kimia dalam tradisi pengobatan. Pada tradisi tersebut beliau sangat
mahir dalam mengolah dan meracik obat dengan ilmu kimia yang dimilikinya. dan
orang-orang barat memanggilnya dengan sebutan “Rhazes”.
Propesi yang pernah ditekuni pada masa mudanya ialah menjadi
tukang intan (Baihaqi), penukar uang (ibn abi Usaibi’ah), dan pemain musik
kecapi (ibn Juljul, Sa’id, ibn Khalikan, Usaibi’ah, al-Safadi) yang pertama
meninggalkan musik untuk belajar alkimia.[2] Selain al-Razi sang ahli
filsafat, ada lagi beberapa nama tokoh lain yang juga dipanggilkan al-Razi,
yakni Abu Hatim al-Razi, Fakhruddin al-Razi dan Najmuddin al-Razi. Oleh karena
itu, agar dapat membedakan al-Razi, sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain,
perlu ditambahkan dengan sebutan Abu Bakar, yang merupakan nama kun-yah-nya
(gelarnya).[3]
Al-Razi berdomisili di Iran, yang sebelumnya terkenal dengan
sebutan Persia, sejak lama sudah dikenal dengan sejarah peradaban manusia. Kota
ini merupakan tempat bertemunya berbagai peradaban, terutama peradaban Yunani
dan Persia. Oleh karena itu tidak mengherankan kota-kota di Persia (Iran) ini
telah mengenal peradaban yang tinggi sebelum bangsa Arab mengenalnya. Agaknya
suasana lingkungan ini termasuk yang mendorong bakat Al-Razi tampil sebagai
seorang intelektual.[4] Disiplin
ilmu Ar-Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia, kedokteran dan filsafat.
Ia lebih dkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibandingkan sebagai
seorang filosof.
Pada masa Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn As’ad sebagai
Gubernur Ray, Al-Razi diserahi kepercayaan memimpin rumah sakit selama enam
tahun (290-296 H). Pada masa ini juga Ar-Razi menulis buku al-Thibb al-Mansuri yang dipersembahkan kepada Manshur ibn
Ishaq ibn Ahmad. Dari Ray kemudian Ar-Razi pergi ke Baghdad, dan atas
permintaan Khalifah Al-Muktafi (289-295 H), yang berkuasa pada waktu itu, ia
memimpin lembaga ilmiah dan rumah sakit Maristan di Baghdad.
Karangannya yang terkenal ialah “ Tentang Cacar dan Campak”
yang di terjemahkan dalam berbagai bahasa di Eropa.[5] Sepulangnya dari Bagdad,
ia kembali ke Rayy dan disana ia mempunyai banyak murid. Sebagai mana yang di
tuturkan al- Nadim dalam Fihrist, bahwa al-Razi kemudian menjadi syekh “dengan kepala besar menyerupai karung” yang
di kelilingi oleh banyak murid.[6] Al- Razi adalah orang yang
murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin,
karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran
sedikitpun.
Kemasyhuran Al-Razi
sebagai seorang dokter tidak saja di dunia Timur, tetapi juga di Barat; ia
kadang dijuluki The Arabic
Galen.Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan
waktunya untuk menulis dan belajar.[7] Mungkin ini yang
menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi
buta. Ada yang mengatakan sebab kebutaanya karena banyak makan buncis (Baqilah).
Penyakitnya bermula dari rabun dan
akhirnya menjadi buta sama sekali. Ia pun menolak untuk di obati. Dan
mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-sia belaka, karena sebentar lagi ia
akan meninggal dunia. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5
Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 M.[8]
2. Karya-karya Al-Razi
Buku-buku al-Razi sangat banyak. Dia sendiri mempersiapkan
katalog untuk buku-buku yang ditulisnya, dan kemudian diproduksi oleh ibn
al-Nadim. Yang kita temukan 118 buku, 19 surat, 4 buku, 6 surat, dan satu
maqalah. Jumlah seluruhnya 148 buah.[9] Ibnu Abi Usaibi’ah
menyebutkan 236 karyanya, tetapi beberapa diantaranya tidak jelas pengarangnya.
Salah satu diantaranya adalah al-Hawi (buku menyeluruh) yang terdiri dari 20
jilid. Karya ini lebih dianggap sebagai buku induk dalam bidang kedokteran.
Agaknya “al-Hawi”-lah yang merupakan karyanya yang terbesar dan meluas sesuai
dengan namanya. Buku ini pula dianggap intisari ilmu-ilmu Yunani, Syiria dan
Arab.[10]
Menurut Al-Biruni, ada sekitar dua puluh satu karya Ar-Razi
tentang alkemi, yang terbesar diantaranya adalah Sirr Al-Asrar. Sesuai dengan
semangat Al-Razi anti hermetis, rahasia-rahasia disini bukan misteri-misteri
mistik, tetapi rahasia-rahasia keahlian seorang alkemis (ahli alkemi), yang
dengan bebas dipaparkan Ar-Razi dalam pembahasannya mengenai bahan-bahan,
perangkat-perangkat, dan metode-metode alkemi itu. Tujuannya adalah meretas
batas-batas yang memilahkan satu bentuk substansi dari substansi lainnya,
dengan menggunakan substansi kuat yang akan menembus dan mengubah unsur dasar,
dengan menambahkan dan menghilangkan sifat-sifat spesifik, mengubah logam dasar
menjadi emas atau batu menjadi permata. Akan tetapi Al-Razi juga menggunakan
sebagian dari preparat dalam praktik kedokterannya; dan metode-metodenya
sebagai seorang alkemis lebih bernuansa ilmu bedah dari pada klenik atau sihir.
Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai berikut: (a) ilmu
kedokteran; (b) ilmu fisika; (c) logika; (d) matematika dan astronomi; (e)
komentar, ringkasan, dan ikhtisar; (f) filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis;
(g) metafisika; (h) teologi; (i) ateisme; (k) campuran.
Diantara buku Al-Razi yang dapat disebutkan disini, sebagai
berikut:[11]
1.
Al-Asrar,
bahasan bidang kimia yang pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Greard
Of Cremon.
2.
Al-Hawi,
Ensiklopedi kedokteran yang masih dipakai sampai abad ke-16 di Eropa,
diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Continens.
3.
Al-Mansuri
Liber Al-Mansori, sepuluh jilid doktrin kedokteran.
4.
Al-jidar
Wa Al-Hasbah, analis penyakit campak dan cacar.
5.
Al-Thibb
Al-Ruhani, pemikiran komprehensif Filsafat.
6.
Sirah
Al-Falsafiyah, karangan soal sejarah
filsafat.
7.
Amarah
Iqbal Al-Daulah
8.
Kitab
Al-Ladzdzah
9.
Kitab
Al-Ilmu Al-Ilahi
10. Maqolah Fi Ma Ba’dah
3. Pemikiran Filsafat Al-Razi
Al-Razi adalah seorang rasionalis murni yang menitik-tolakan
seluruh pemikiran dan kecenderungannya kepada kemampuan rasionalnya. Dalam
setiap momen dalam belajar, Al-Razi selalu mengingatkan murid-muridnya untuk
tidak melecehkan peran fungsi akal. Hal ini diyakini oleh Al-Razi bahwa akal
merupakan alat penentu, pusat pengendali, dan perintah kepada manusia menuju
kebaikan.
Al-Razi memiliki kecenderungan empiris dalam memandang keseluruhan
filsafat. Studi klinis kedokteran membantu Al-Razi dalam menentukan metode yang
kuat untuk dijadikan pemikiran filsafat secara keseluruhan. Melalui studi
klinis al-Razi mencoba untuk berpijak pada metode observasi dan eksperimen
dalam Filsafat. Hampir seluruh
pemikirannya tercurah langsung dalam lapangan praktik disiplin kedoteran, dan
sebagian kalangan menilai Al-Razi sebagai sosok yang kurang tekun dalam
mencermati problem filosofis. Namun demikian, filsafat Al-Razi cukup
Aristotelian dan hal ini terbuktidalam pandangannya tentang jiwa sebagai
substansi dan akal sebagai piranti jiwa yang pernah dilontarkan. Meskipun
al-Razi menjunjung tinggi jiwa
substansial non jasmani dan penciptaannya, al-Razi adalah tokoh yang paling
berani menentang filosof islam awal. Menurutnya untuk menjadi seorang flosof,
seseorang tidak harus masuk kedalam sekte atau madzhab tertentu dan tidak perlu
berlebihan dalam mencontoh tindakan dan gagasan si pemimpin sekte atau madzhab
tersebut.
Al-Razi melihat perselisihan-perselisihan yang terjadi dalam
filsafatbukan tempat ideal bagi persemaian pengetahuan dan peluang-peluang
kemunculuan intelektual. Atas dasar ini al-Razi memilih pemikiran bebas sebagai
jalan pengetahuannya daripada konsesus. Pemikiran bebas dijadikan sebagai kunci
pembebasan jiwa. Degan tegas ia menyatakan bahwa manusia mampu berfikir
sendiri, mereka tidak membutuhkan pemimpin atau pembimbing untuk menunjukan
kepada mereka jalan kehidupan. Dan saat ditanya bagaimana sikap filsafat
terhadap iman dalam kasus agama dan wahyu, al –Razi menjawab bagaimana mungkin
seseorang dapat berfikir secara filosofis sedang ia mengikatkan diri pada
cerita-cerita kuno yang ditegakkan atas dasar kontradiksi, kebodohan yang
membandel dan dogmatis.
4. Filsafat lima kekal (Al-khomsah Al-Qudama)
Filsafatnya terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan,
Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut dan Zaman Absolut, dalam bahasa
arab:
الْبَارِي تـَعَالى
وَالنَّفْسُ الكُلّيّةُ وَالهَيُوْلاَ الأوْلى وَالمَكَانُ المُطْلَقُ
وَالزَّمَانُ المُطْلَقُ
Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman
mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dhar (الدهر
duration) dan al-waqt(الوقت time). Yang pertama
kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir, dan yang kedua disifati oleh
angka. Bagi benda (being) kelima hal ini ada :[12]
a. Materi: merupakan apa
yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.
b. Ruang: karena materi
mengambil tempat.
c. Zaman: karena materi
berubah-ubah keadaannya.
d. Di antara benda-benda
ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Dan di antara yang hidup ada
pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang teratur.
e.
Semua ini perlu pada pencipta yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu.
Dua dari yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh.
Satu dari padanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup,
tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang dan masa. Sistematika filsafat lima
kekal Ar-Razi dapat dijelaskan sebagai berikut:[13]
1. Al-Bari Ta’ala (Allah): hidup dan aktif (dengan sifat
independent). Allah maha pencipta dan pengatur seluruh alam ini. Alam
diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi dari bahan
yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak kadim, meskipun
materi asalnya kadim, sebab arti penciptaan disini dalam arti disusun dari
bahan yang telah ada. Timbulnya doktrin adanya yang kekal selain Allah, dalam
filsafat Al-Razi ini agaknya disebabkan filsafat adanya Allah yang merupakan
sumber yang Esa yang tetap. Namun demikian, kekalnya yang lain tidak sama
dengan kekalnya Allah.
2. An-Nafs al-kulliyyah (jiwa universal): hidup dan aktif dan
menjadi al-mabda’ al-qadim ats-tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifnya
bersifat dependent. An-Nafs al-kulliyyah tidak berbentuk. Namun, karena
mempunyai naluri untuk bersatu dengan al-hayula al-ula, an-nafs al-kulliyyah
memiliki zat yang berbentuk sehingga bisa menerima, sekaligus menjadi sumber
penciptaan benda-benda alam semesta, termasuk badan manusia. Ketika masuk
benda-benda itulah, Allah menciptakan roh untuk menempati benda-benda alam dan
badan manusia di mana jiwa (parsial) melampiaskan kesenangannya. Karena semakin
lama jiwa bisa terlena pada kejahatan, Allah kemudian menciptakan akal untuk
menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik tersebut.
3. Al-Hayula al-ula (materi pertama): tidak hidup dan tidak
pasif. Al-Hayula al-ula adalah substansi yang kekal yang terdiri atas dzarrar,
dzarat (atom-atom). Setiap atom terdiri atas volume. Jika dunia hancur, volum
juga akan terpecah dalam bentuk atom-atom. Materi yang sangat padat menjadi
substansi bumi, yang agak renggang menjadi substansi udara dan yang lebih
renggang menjadi api. Al-Hayula al-ula: kekal karena tidak mungkin berasal dari
ketiadaan. Buktinya, semua ciptaan Tuhan melalui susunan-susunan (yang berproses)
dan tidak dalam sekejap yang sangat sederhana dan mudah.
4. Al-makan al-muthlaq (ruang absolut): tidak aktif dan tidak
pasif. Materi yang kekal membutuhkan ruang yang kekal pula sebagai ‘tempat’
yang sesuai. Ada dua macam ruang: ruang partikular (relatif) dan ruang
universal. Yang partikular terbatas, sesuai dengan keterbatasan maujud yang
menempatinya. Adapun ruang universal tidak terbatas dan tidak terikat pada
maujud karena bisa saja terjadi kehampaan tanpa maujud.
5. Az-zaman al-muthlaq (zaman absolut): tidak aktif dan tidak
pasif. Zaman atau masa ada dua: relatif terbatas yang bisa disebut al-waqt dan
zaman universal yang biasa disebut ad-dahr. Yang terakhir ini tidak terikat
pada gerakan alam semesta dan falak atau benda-benda angkasa raya.
5. Roh dan Materi
Menurut al-razi Tuhan pada mulanya tidak berniat membuat alam
ini. tetapi pada suatu ketika roh tertarik pada materi pertama, bermain dengan
materi pertama itu, tetapi materi pertama berontak. Tuhan datang menolong roh
dengan membentuk alam ini dalam susunan yang kuat sehingga roh dapat mencari
kesenangan materi di dalamnya. Tuhan mewujudkan manusia dan didalamnya roh
mengambil tempat. Terikat pada materi, roh lupa pada asalnya dan lupa bahwa
kesenangannya yang sebenarnya bukan terletak dalam persatuan dengan materi
tetapi dalam melepaskan diri dari materi. Oleh karena itu, Tuhan mewujudkan
akal dari dzat Tuhan sendiri. Tugas akal adalah untuk menyadarkan manusia yang
telah terpedaya oleh kesenangan materi, bahwa alam materi ini bukanlah alam yang
sebenarnya.[14]
6. Akal, Kenabian, dan Wahyu
Akal merupakan substansi sangat penting yang terdapat dalam
diri manusia sebagai cahaya (nur) dalam hati. Cahaya ini, menurut Al-Razi,
bersumber langsung dari Allah, sebagai utusan untuk menyadarkan manusia dari kebodohannya.
Al-Razi dikenal sebagai rasionalis murni. Akal menurutnya
adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal, manusia bias
memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan
tentang Allah. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan
mengekangnya, tetapi harus memberikan kebebasan padanya. Kendatipun demikian,
Al-Razi tidak berati seorang atheis, karena beliau masih menyakini adanya
Allah.
Demikian diantara ungkapan Al-Razi yang dinilai telah menyimpang
dari agama. Tuduhan ini jelas akan membawa rusaknya reputasi Al-Razi. Bahkan,
Harun Nasution menyimpulkan dari gagasan-gagasan Al-Razi tersebut, yakni a.
tidak percaya pada wahyu, b. al-quran bukan mukjizat, c. tidak percaya pada
nabi-nabi, d. adanya hal-hal yang kekal selain Allah.
Lebih dalam lagi, Badawi menerangkan alasan Al-Razi dalam
menolak kenabian sebagai berikut :
- Akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang berguna dan yang tidak. Dengan akal saja manusia mampu mengetahui Allah dan mengatur kehidupannya dengan sebaik-baiknya.
- Tidak ada alasan yang kuat bagi pengistimewaan beberapa orang untuk membimbing semua orang karena semua orang lahir dengan kecerdasan yang sama. Perbedaan manusia bukan karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan pendidikan.
- Para nabi saling bertentangan. Pertentangan tersebut seharusnya tidak ada jika mereka berbicara atas nama satu Allah.
Kemudian Al-Razi juga mengkritik agama secara umum. Ia juga
menjelaskan kontradiksi yahudi, Kristen, mani, dan majuzi secra rinci. Bahkan
lebih lanjut ia katakan tidaklah masuk akal Allah mengutus para nabi sebab
mereka menimbulkan kemudratan, ia juga mengkritik secara sistematik kitab-kitab
wahyu al-quran dan injil. Ia menolak kemukjizatan al-quran, baik gayanya maupun
isinya dan menegaskan bahwa adalah mungkin menulis kitab yang lebih baik dalam
gaya yang lebih baik. Ia lebih suka membaca buku-buku ilmiah dari pada
al-quran. Atas dasar itulah badawi mengatakan bahwa Al-Razi sangaat berani,
tidak seorang pemikir muslim pun seberani dia.
Menurut abdul latif Muhammad al-‘abd bahwa tuduhan Al-Razi
tidak mempercayai kenabian didasarksn pada buku makhariq al-anbiya’. Buku ini
sering dibaca dalam pengajian kaum zindik, terutama qaramithah. Bagian dari
buku ini terdapat dalam buku a’lam al-nubuwwah karya abu hatim Al-Razi, yang
tidak pernah diketemukan. Oleh karena itu, kebenarannya diragukan. Andaikan
buku-buku itu ada tentu saja tidak bertentangan dengan buku-buku Al-Razi
sendiri seperti al-thibb al-ruhani, al-sirath al falsafiyyah.
Dalam buku al-thibb ruhani tidak ditemukan keterangan bahwa
Al-Razi mengingkari kenabian atau agama, bahkan sebaliknya ia mewajibkan untuk
menghormati agama dan berpegang teguh kepadanya agar mendapatkan kenikmatan di
akhirat berupa surga dan mendapatkan keuntungan berupa ridho Allah.
Manusia yang utama dan yang melaksanakan syariah secara
sempurna, tidak perlu takut terhadap kematian. Hal ini disebabkan syariah telah
menjanjikan kemenangan dan kelapangan serta (menjanjikan) bisa mencapai
kenikmatan abadi. Bahkan ia dalam buku-bukunya sering menulis sholawat kepada
Nabi Muhammad Saw. Sebagai penghormatannya kepada beliau, dan ia juga
mewajibkan untuk memuliakan para nabi sebab mereka adalah manusia pilihan yang
memiliki pribadi mulia. Berdasarkan uraian diatas sulit diterima bahwa orang
yang menghargai agama dicap mulhid bahkan kafir.
Memang, Al-Razi memberi perhatian dan kepercayaan yang cukup
besar kepada akal. Indikasi kearah ini dapat dilihat bahwa ia menulis tentang
akal pada bab tersendiri dalam bukunya al-tibb al-ruhani. Namun, tidak sampai
ia meletakkan wahyu dibawah akal, apalagi tidak percaya pada wahyu.
Namun Harun Nasution yang dalam bukunya memuat
ketidakpercayaan Al-Razi kepada kenabian, agama dan wahyu. Namun setelah ia
membaca buku-buku Al-Razi, seperti al-thibb al-ruhani dan lainnya yang
Sirajuddin Zar sodorkan saat itu (1989), ia mengatakan bahwa saat menulis buku
filsafat dan mistisisme dalam islam yang memuat ketidakpercayaan Al-Razi kepada
kenabian, agama, dan wahyu karena belum menemukan buku-buku karya Al-Razi,
beliau menganjurkan jika menulis tentang Al-Razi untuk menggunakan buku seperti
al-tibb al-ruhani. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak benar
tuduhan kepada al-razi, dan Al-Razi merupakan intelektual muslim yang percaya pada
Tuhan, Nabi, dan Wahyu. [15]
7. Pengaruh Pemikiran Al-Razi
Al-Razi adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu
mendewa-dewakan akal. Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak
mengilhami para pemikir lain, termasuk filosof yang sezaman dengan beliau.
Keistimewaan filsafat Al-Razi disbanding filosof lain sebenarnya terletak pada
penekanan aspek rasionalitas, terutama doktrinnya yang bombastis tentang lima
kekekalan yaitu tuhan, ruh universal, materi pertama, ruang mutlak. Kelima ini
merupakan landasan ajaran filsafatnya. Kaum Mu’tazilah sekalipun yang dianggap
sebagai paling rasional, ternyata Al-Razi ini jauh lebih rasional.
Agama dan urusan sosial lainnya yang ditafsirkan oleh Al-Razi
secara rasional ini, telah banyak mempengaruhi para pemikir lain bahkan
sekaligus menjadi “musuh” bagi Al-Razi sendiri. Ada beberapa tokoh pada saat
itu yang kontra dengan Al-Razi, diantaranya :
1.
Abu
Al-Qasim Al-Balkhi, pimpinan kaum Mu’tazilah di bagdad (319H/931M) yang hidup
semasa dengan Al-Razi ia banyak menulis
penolakan terhadap buku-buku Al-Razi, terutama buku ilm al-Ilahi.ia berbeda
dengan Al-Razi terutama tentang waktu.
2.
Syuhaid
Ibn Al-Husain Al-Balkhi, adalah tokoh yang memiliki banyak perbedaan pendapat
dengan Al-Razi, terutama teori tentang kesenangan. Teori tentang kesenangan ini
diterangkan dalam kitab Tafdzil Ladzdzat An-Nafs, yang disarikan kembali oleh
Abu Sulaiman al-Mantiqi al-Sajistani dalam Siwan Al-Hikmah.
3.
Abu
hatim Al-Razi adalah lawan paling penting sekaligus sebagai ahli dakwah
ismai’liyah terbesar. Ia salah satu
tokoh yang propagandis yang dengan terang-terangan menentang pemikiran Al-Razi
serta menyampaikan kritiknya dalam kitab terkenal A’lam An-Nubuwah. Kita patut berterima kasih pada buku ini
karena berkatjasanya pendapat-pendapat Al-Razi tentang kenabian dan agama dapat
kita nikmati.
4.
Ibn
Tammar, menurut Kraus mungkin adalah Abu Bakr Husain At-Tamar, tabib yang
mempunyai beberapa perbedaan dengan Al-Razi sebagaimana dilaporkan oleh Abu
Hatim Al-Razi dalam A’lam An-Nubuwah. Ibn Tammar menolak tulisan Al-Razi
tentang Attib al-Ruhani.
5.
Mereka
yang kita kenal dari judul buku yang di tulis ole Al-Razi :
a.
Al-Mis’mai,
seorang mutakalimin yang menulis untuk menentang kaum materialis, dan terhadap
mereka Al-Razi menulis sebuah risalah.
b.
Jarir,
seorang dokter yang berteori tentang makan mulbe hitam setelah air labu.
c.
Al-Hasan
Ibn Mubarik Al-Ummi, kepadanya Al-Razi menulis dua buah surat.
d.
Al-Kayyal,
seorang mutakalimin, yang terhadap teorinya tentang imam menulis sebuah kitab.
e.
Mansur
Ibn Tolhah yang menulis buku tentang kemaujudan yang ditolak oleh Al-Razi,
Muhammad Ibn Laith Al-Rasai’il yang ditulisnya terhadap ahli kimia, dijawab
oleh Al-Razi.
Ahmad Ibnu Thayyib al-Sharaskhi adalah senior Al-Razi. Al-Razi
menolaknya atas masalah rasa pahit; Al-Razi juga menolak gurunya yaitu Ya’qub
Ibnu Ishaq al-kindi, yang telah menulis sanggahan terhadap ahli-ahli kimia.
1. KESIMPULAN
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Ar-Razi dikenal
sebagai dokter, filosof, kimiawan, dan pemikir bebas, (250-313 H/864-925).
Lahir di Rayy yang merupakan bagian selatan kota Teheran Iran yaitu pada hari
pertama bulan sya’ban sekitar tahun 250 H/864 M. Di kota Ray ini ia belajar
kedokteran kepada Ali ibn Rabban al-Thabari (192-240 H/808-855 M), belajar
filsafat kepada Al-Balkhi.
Sebagai Filosof ia mempunyai banyak karya yang ditulis. Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai
berikut: (a) ilmu kedokteran; (b) ilmu fisika; (c) logika; (d) matematika dan
astronomi; (e) komentar, ringkasan, dan ikhtisar; (f) filsafat dan ilmu
pengetahuan hipotesis; (g) metafisika; (h) teologi; (i) ateisme; (k) campuran.
Diantara buku Al-Razi yang dapat disebutkan disini, sebagai berikut: Al-Asrar,
bahasan bidang kimia yang pernah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Greard
Of Cremon. Al-Hawi, Ensiklopedi kedokteran yang masih dipakai sampai abad ke-16
di Eropa, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Continens.
Al-Razi memberi perhatian dan kepercayaan yang cukup besar
kepada akal. Indikasi kearah ini dapat dilihat bahwa ia menulis tentang akal
pada bab tersendiri dalam bukunya al-tibb al-ruhani. Namun, tidak sampai ia
meletakkan wahyu dibawah akal, apalagi tidak percaya pada wahyu. Filsafatnya
terkenal dengan doktrin lima yang kekal: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama,
Ruang Absolut dan Zaman Absolut,
Al-Razi adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu
mendewa-dewakan akal. Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak
mengilhami para pemikir lain, termasuk filosof yang sezaman dengan beliau.
Al-Razi secara rasional mencoba menafsirkan Agama dan urusan sosial lainnya, ia
banyak mempengaruhi para pemikir lain
bahkan sekaligus menjadi “musuh” bagi Al-Razi sendiri.
Amin, Husain Ahmad 1995.Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, Harun
2008, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
Supriyadi,Dedi
2010, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia
Syarif, ed.,
1996, Para filosof Muslim, cet. 8. Bandung :
Mizan,
Syarif,M. M.
1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit Mizan.
Tafsir,
Ahmad. 2013. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Zar, Sirajuddin 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[1] Dedi Supriyadi, 2010, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia., hlm. 68
[2] M. M. Syarif, 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit
Mizan., hlm. 31
[3] Sirajuddin Zar, 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., hlm. 113.
[4] Ibid. hlm. 114
[5] Harun Nasution, 2008, Filsafat
dan Mistisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, , cet 12, hlm.12.
[6] Syarif, ed., 1996, Para filosof Muslim, Bandung : Mizan,
cet. 8, hlm. 32.
[7] Ibid., hlm. 33.
[8] Ibid.
[9] M. M. Syarif, 1963. Para Filosof Muslim, Bandung: Penerbit
Mizan. hlm. 31
[10] Husain Ahmad Amin, 1995.Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 120.
[11] Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia., hlm.72
[12] Harun Nasution, 1973. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta:
Bulan Bintang., hlm. 22
[13] Dedi Supriyadi, 2010. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia. hlm. 74
[14] Harun Nasution, 1973. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta:
Bulan Bintang., hlm. 23
[15] Sirajuddin Zar, 2004. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada. hlm. 121-125
Izin baca dan copas yaa
BalasHapusTERIMA KASIHH ARTIKELNYA
BalasHapusSemoga bermanfaat bg pembaca'y.
BalasHapus